Depok, jarinusa.id — Lantunan sholawat menggema lembut di Musholla At-Tahariyah, Kampung Kebon Kopi, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan. Sabtu (12/10/2025) malam itu, suasana terasa berbeda — khusyuk, penuh rasa cinta, dan kebersamaan yang hangat di antara ratusan warga yang datang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tahun ini, peringatan Maulid Nabi di Kebon Kopi mengusung tema “Meneladani Rasulullah dengan Kepedulian Sosial dan Cinta Lingkungan.” Tak hanya menjadi acara keagamaan, kegiatan ini juga menjadi ajang mempererat silaturahmi antarwarga serta menghidupkan nilai gotong royong.
Ustadz Rahmat Mulyadi: “Muhammadun Basyarun Walaisa Kal Basyari”
Suasana syahdu semakin terasa saat Ustadz H. Rahmat Mulyadi, S.Pd.I memberikan tausiyah penuh makna. Dengan nada lembut namun menggugah, ia mengingatkan jamaah tentang keagungan Rasulullah SAW.
> “Nabi Muhammad adalah makhluk yang tidak ada duanya, kekasih Sang Khalik yang tak ada tandingannya,” tutur beliau di hadapan jamaah.
Kalimat Arab yang dikutipnya, “Muhammadun basyarun walaisa kal basyari,” menggema di dalam musholla — mengingatkan bahwa Rasulullah memang manusia, namun keutamaannya jauh melampaui manusia biasa.
Lurah Pengasinan Beri Apresiasi, Warga Kompak dan Kreatif
Kekompakan warga mendapat apresiasi langsung dari Lurah Pengasinan Ari Andriana Wijaya yang turut hadir bersama Ketua RW 08 Ade Nopiansyah, Ketua RT Aman Junaidi, dan tokoh masyarakat lainnya.
> “Kegiatan seperti ini luar biasa. Semoga semangat Maulid Nabi menjadi motivasi untuk terus meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Ari.
Bagi warga, kehadiran lurah menjadi penyemangat tersendiri. Tak sedikit yang merasa bangga karena acara sederhana di kampung mereka mendapat perhatian dari pemerintah kelurahan.
Hadroh, Sholawat, dan Doa dari Hati
Dari ibu-ibu RT 03 hingga remaja Kebon Kopi, semua ikut berpartisipasi. Penampilan hadroh, lantunan ayat suci Al-Qur’an, dan seni Islami memeriahkan acara dengan nuansa religius yang kental.
Ketua panitia, Doni, menyampaikan rasa syukurnya di tengah tepuk tangan warga.
> “Alhamdulillah, berkat kerja keras bersama dan dukungan warga, acara berjalan lancar dan penuh kebersamaan. Semoga ini menjadi amal ibadah untuk kita semua,” katanya dengan rendah hati.
Makna Maulid: Dari Musholla ke Rumah Tangga
Di sela tausiyahnya, Ustadz H Rahmat mengingatkan bahwa Maulid bukan sekadar mengenang kelahiran Rasulullah, melainkan ajakan meneladani akhlaknya — dimulai dari lingkungan terkecil: rumah tangga.
> “Kebahagiaan sejati lahir dari cinta, doa, dan saling menghargai. Bukan dari harta, tapi dari kasih sayang dan ketulusan,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa rumah yang dihiasi cinta dan doa akan mendapat rahmat Allah SWT serta ketenangan di dalamnya.
Maulid Sebagai Simbol Cinta dan Ukhuwah
Lebih dari sekadar perayaan tahunan, Maulid Nabi Muhammad SAW di Kampung Kebon Kopi menjadi cerminan kuatnya ukhuwah islamiyah di tengah masyarakat.
Kegiatan ini memperlihatkan bagaimana cinta kepada Rasulullah tidak hanya diucapkan dalam doa, tetapi diwujudkan melalui kebersamaan, kepedulian sosial, dan semangat gotong royong.
> “Kami ingin acara seperti ini terus hidup, karena Maulid bukan hanya mengenang Nabi, tapi juga mempererat hati umat,” ujar salah satu warga dengan mata berbinar.
Dari Kampung Kecil, Tumbuh Semangat Besar
Maulid di Kebon Kopi membuktikan bahwa kecintaan kepada Rasulullah dapat tumbuh di mana saja — bahkan di kampung kecil di pinggiran Depok.
Dari lantunan sholawat hingga tawa anak-anak, semuanya berpadu menjadi satu: cinta kepada Nabi dan rasa syukur atas nikmat kebersamaan.
(Aden)